Cyber security monitoring 101: Pengertian dan best practice
Di Indonesia, ancaman siber semakin meningkat dan kompleks. Menurut laporan SOCRadar “Indonesia Threat Landscape Report 2024”, tercatat 130 serangan ransomware, serta lebih dari 4.046 serangan phishing yang terdeteksi menyasar sektor jasa informasi dan lebih dari 40 lembaga pemerintah dilaporkan terdampak ransomware.
Menghadapi kondisi tersebut, perusahaan tidak lagi hanya bisa mengandalkan proteksi dasar seperti antivirus atau firewall saja. Dibutuhkan kemampuan memantau aktivitas sistem dan jaringan secara berkelanjutan, mendeteksi anomali sejak awal, dan memiliki visibilitas end-to-end.
Proses ini disebut cyber security monitoring, tindakan secara terus-menerus untuk mengumpulkan log, memantau perilaku pengguna dan sistem, mendeteksi aktivitas mencurigakan, dan mengaktifkan respons sebelum insiden berkembang menjadi kerugian besar.
Apa itu cyber security monitoring?
Cyber security monitoring adalah proses monitoring terhadap sistem, jaringan, aplikasi, dan aktivitas pengguna untuk mengidentifikasi potensi ancaman atau anomali keamanan secara tepat waktu. Tujuannya bukan hanya mendeteksi serangan setelah terjadi, tetapi mengenali pola yang tidak biasa sejak awal sehingga tim IT dapat merespons dengan cepat.
Pendekatan ini berfungsi sebagai “visibilitas resource” bagi perusahaan. Mengumpulkan dan menganalisis log dari berbagai sumber, seperti server, endpoint, firewall, aplikasi cloud, dan Active Directory, perusahaan dapat memahami bagaimana sistem digunakan, siapa yang mengakses apa, dan apa yang berubah di sistem.
Dalam praktiknya, cyber security monitoring mencakup beberapa elemen:
Pengumpulan log (log collection): mengumpulkan log dari seluruh aset IT secara terpusat.
Analisis dan korelasi (event correlation): menggabungkan berbagai peristiwa untuk menemukan pola yang mencurigakan.
Deteksi ancaman (threat detection): mendeteksi aktivitas abnormal seperti login yang tidak biasa, privilege misuse, atau indikasi ransomware.
Peringatan otomatis (alerting): mengirimkan notifikasi ke tim SOC atau IT ketika ditemukan anomali.
Respons insiden (response): mengambil tindakan segera, seperti memblokir akun atau mengisolasi endpoint.
Jenis-jenis cyber security monitoring
1. Network security monitoring
Network monitoring memantau traffic jaringan untuk mendeteksi anomali seperti port scanning, koneksi keluar ke IP berbahaya, atau pola lateral movement. Membantu tim IT mengenali indikasi awal serangan sebelum mencapai sistem penting. Monitoring berbasis traffic juga mendeteksi komunikasi command-and-control dari malware.
2. Endpoint monitoring
Endpoint adalah titik paling sering dieksploitasi oleh malware dan ransomware. Monitoring ini mengawasi proses, perubahan file, registry, serta perilaku yang tidak biasa pada perangkat. Dengan melihat aktivitas mencurigakan pada tahap awal, tim dapat menghentikan serangan sebelum menyebar. Ini juga mendukung patching serta konfigurasi keamanan yang konsisten.
3. Identity & Access Monitoring (Active Directory Monitoring)
Identity compromise adalah salah satu metode serangan paling umum. Monitoring identitas fokus pada login abnormal, privilege escalation, perubahan grup AD, dan aktivitas admin yang tidak sesuai pola. Melalui pengawasan autentikasi dan akses, perusahaan dapat mencegah penyalahgunaan kredensial.
4. Application & API monitoring
Aplikasi dan API kini menjadi target utama serangan seperti injection, brute-force auth, dan penyalahgunaan endpoint API. Monitoring ini melacak query, request abnormal, error berulang, perubahan konfigurasi, dan pola akses yang tidak wajar. Monitoring ini penting untuk aplikasi internal, layanan publik, dan integrasi API yang semakin banyak digunakan.
5. Data Security Monitoring (DLP)
Monitoring ini berfokus pada pergerakan data sensitif baik di endpoint, server, aplikasi, maupun cloud. Aktivitas mencurigakan seperti download data secata besar, penyalinan ke USB, atau pengiriman data keluar organisasi akan ditandai sebagai potensi risiko. Melalui visibilitas ini, perusahaan dapat mencegah kebocoran data yang berdampak hukum dan operasional.
6. Cloud Security Monitoring
Cloud monitoring berfokus pada aktivitas di platform seperti Microsoft 365, Google Workspace, AWS, atau Azure. Monitoring mencakup login yang abnormal, misconfiguration, perubahan pada policy, hingga akses file yang berisiko. Karena cloud bersifat dinamis dan terhubung ke banyak aplikasi, visibilitas terhadap aktivitas pengguna dan konfigurasi menjadi sangat penting. Cloud monitoring membantu mendeteksi risiko yang muncul dari adopsi cloud dan memastikan data tetap aman di lingkungan hybrid.
Apa saja teknik cyber security monitoring?
Cyber security monitoring membutuhkan kombinasi beberapa teknik untuk mendeteksi ancaman secara menyeluruh. Teknik-teknik berikut adalah pendekatan yang paling umum digunakan saat ini.
1. Log Analysis & Event Correlation
Teknik ini mengumpulkan log dari berbagai sumber seperti server, firewall, aplikasi, dan endpoint lalu menghubungkan peristiwa log yang berkaitan untuk menemukan pola serangan. Aktivitas yang terlihat normal jika dilihat sendiri dapat menjadi indikator ancaman ketika dikorelasikan. Contohnya, beberapa gagal login yang diikuti perubahan hak akses bisa mengindikasikan kompromi akun. Korelasi membantu tim memahami konteks insiden lebih cepat tanpa analisis manual yang panjang.
2. Behavioral Analytics (UEBA)
UEBA mempelajari pola perilaku normal pengguna dan sistem, lalu menandai aktivitas yang berada di luar kebiasaan tersebut. Misalnya lonjakan akses file, login dari perangkat baru, atau aktivitas admin yang tidak biasa. Teknik ini efektif untuk mendeteksi insider threat dan serangan berbasis kredensial yang sering lolos dari deteksi berbasis signature. UEBA juga memberikan konteks tambahan untuk mengurangi false positive.
3. Threat Intelligence Matching
Aktivitas jaringan dan endpoint dibandingkan dengan basis data ancaman global seperti daftar IP, domain phishing, dan hash malware berbahaya. Jika ada kecocokan, sistem dapat langsung memberi peringatan atau memblokir aktivitas tersebut. Melalui pendekatan threat intelligence matching, Anda dapat mengenali serangan yang pernah muncul di tempat lain sebelum berdampak lebih jauh.
4. Endpoint dan Cloud Anomaly Detection
Teknik ini mendeteksi aktivitas tidak biasa langsung pada endpoint atau layanan cloud. Contohnya munculnya proses enkripsi massal di endpoint, perubahan kebijakan cloud yang tiba-tiba, atau login dari lokasi yang tidak dikenal. Karena banyak serangan baru bergerak cepat melalui endpoint dan cloud, deteksi anomali membantu menangkap tanda awal sebelum eskalasi.
5. Automated Incident Response
Pada ancaman prioritas tinggi, sistem dapat melakukan tindakan otomatis tanpa menunggu intervensi manual. Misalnya mengisolasi endpoint yang terindikasi ransomware, menonaktifkan akun mencurigakan, atau memblokir IP berbahaya. Automasi seperti ini membantu menurunkan waktu respons (MTTR) dan melindungi sistem ketika tim IT memiliki keterbatasan sumber daya.
6. File & Data Security Monitoring
Teknik ini berfokus pada pemantauan pergerakan data sensitif untuk mendeteksi aktivitas yang berisiko, seperti pengunduhan besar, penyalinan ke perangkat eksternal, atau pengiriman file keluar organisasi. Pendekatan ini juga membantu mencegah kebocoran data dan mendukung kepatuhan regulasi.
Apa Saja Best Practices untuk Cyber Security Monitoring?
Guna memastikan monitoring berjalan efektif, Anda perlu menerapkan sejumlah praktik inti yang membantu meningkatkan deteksi, mempercepat respons, dan menjaga sistem tetap aman.
Berikut lima praktik paling penting yang dapat diterapkan:
1. Lakukan Monitoring Secara Berkelanjutan (Continuous Monitoring)
Monitoring harus berjalan setiap saat, bukan hanya saat terjadi insiden. Melalui pemantauan real-time, tanda awal ancaman seperti aktivitas mencurigakan atau proses abnormal dapat langsung terlihat. Pendekatan ini sangat penting untuk serangan cepat seperti ransomware. Continuous monitoring juga memberi tim pemahaman menyeluruh tentang pola aktivitas harian sistem.
2. Lakukan Audit dan Penilaian Keamanan Secara Rutin (Regular Security Assessments)
Audit berkala membantu menemukan konfigurasi yang lemah, akses yang tidak sesuai, atau celah baru yang muncul akibat perubahan sistem. Evaluasi ini memastikan organisasi selalu selaras dengan standar keamanan dan regulasi. Proses audit juga membantu memvalidasi apakah kontrol keamanan masih relevan. Melalui assessment yang konsisten, postur keamanan dapat ditingkatkan secara berkelanjutan.
3. Manfaatkan Automasi & Tool Keamanan
Automasi membantu mendeteksi dan merespons ancaman dengan lebih cepat dan konsisten, tanpa tergantung pada proses manual. Platform seperti SIEM, UEBA, dan endpoint/cloud monitoring mengurangi beban tim sekaligus menurunkan risiko human error. Automasi juga mempercepat investigasi insiden dengan memberikan konteks lengkap secara instan. Didukung tool yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi tanpa menambah kompleksitas.
4. Siapkan Rencana Respons Insiden yang Teruji
Respons insiden harus memiliki langkah-langkah yang jelas, mulai dari deteksi awal hingga pemulihan. Rencana ini perlu diuji melalui simulasi atau tabletop exercise agar tim benar-benar siap ketika insiden nyata terjadi. Tanpa latihan, prosedur respons bisa membingungkan dan memperlambat tindakan. Rencana yang matang membantu organisasi menjaga kelangsungan operasional di tengah insiden.
5. Membangun Visibilitas dari On-Premises hingga Cloud (End-to-End Visibility)
IT infrastuktur kompleks mencakup data center, endpoint, aplikasi, SaaS, dan layanan cloud semuanya harus terlihat dalam monitoring. Visibilitas menyeluruh mencegah blind spot yang dapat dimanfaatkan oleh penyerang untuk bergerak tanpa terdeteksi. Integrasi data dari seluruh aset membantu tim memahami hubungan antar-aktivitas secara kontekstual. Melalui visibilitas penuh, investigasi menjadi lebih cepat dan akurat.
Bagaimana cara mengimplementasikan cyber security monitoring?
Implementasi monitoring yang efektif membutuhkan proses bertahap, mulai dari identifikasi aset hingga optimasi berkelanjutan. Berikut langkah-langkah pendekatan yang terstruktur dan pemanfaatan tool yang tepat, sehingga Anda dapat membangun monitoring yang lebih akurat dan mudah dikelola.
1. Mapping Aset dan Tentukan Area Penting
Tahap awal adalah memahami apa saja yang harus dilindungi: server, aplikasi, akun pengguna, perangkat endpoint, hingga layanan cloud. Pemetaan yang jelas membantu menentukan prioritas dan ruang lingkup monitoring. Anda dapat memanfaatkan tool yang sudah menyediakan fitur asset discovery sehingga dapat mengenali perangkat dan sumber log secara otomatis, sehingga tim tidak perlu melakukan pencatatan manual dari awal.
2. Konsolidasikan Log dan Aktivitas ke Dalam Satu Platform
Log yang tersebar di banyak sistem membuat ancaman sulit dilihat secara utuh. Menggabungkannya ke satu platform membantu menciptakan konteks apakah sebuah event berdiri sendiri atau bagian dari pola serangan. SIEM tool seperti Log360 mampu mengumpulkan log dari firewall, server, AD, cloud, dan endpoint, sehingga analisis lebih cepat dilakukan tanpa berpindah antar-sumber data.
3. Bangun Baseline dan Aturan Deteksi yang Relevan
Setiap perusahaan memiliki pola aktivitas berbeda, sehingga baseline penting untuk menentukan apa yang dianggap wajar. Setelah baseline terbentuk, aturan deteksi dapat disusun untuk mengawasi perilaku yang menyimpang mulai dari login aneh hingga perubahan konfigurasi yang tidak terduga. Tool analitik berbasis UEBA dapat membantu mengelola baseline ini secara dinamis dan memberikan skor risiko untuk memperjelas prioritas alert.
4. Implementasikan Automasi untuk Mempercepat Respons
Begitu ancaman terdeteksi, respons cepat sangat menentukan. Automasi membantu mengambil langkah awal seperti memblokir koneksi berbahaya atau mengunci perangkat tanpa menunggu intervensi manual. Manfaatkan platform endpoint management dan SIEM yang mendukung eksekusi skrip atau tindakan otomatis untuk insiden tertentu, sehingga dampak serangan bisa ditekan sejak tahap awal.
5. Lakukan Review, Pengujian, dan Penyesuaian Secara Berkala
Ancaman dan konfigurasi sistem berubah dari waktu ke waktu, sehingga strategi monitoring perlu diperbarui secara berkala. Peninjauan aturan deteksi, analisis tren log, dan evaluasi hasil audit membantu memastikan seluruh kontrol tetap relevan. Tool seperti AD monitoring atau log management dapat memberikan insight berkala mengenai area yang perlu ditingkatkan atau dikalibrasi ulang.
Siapkah Anda Menerapkan Cyber Security Monitoring?
Membangun cyber security monitoring yang efektif menjadi langkah penting bagi organisasi dalam menghadapi ancaman cyber yang terus berkembang. Pendekatan yang proaktif membantu perusahaan mendeteksi tanda-tanda serangan lebih cepat dan menjaga kelangsungan operasional di tengah risiko yang semakin kompleks.
Menggabungkan monitoring berkelanjutan, audit rutin, baseline behaviour, serta automasi respons, organisasi dapat memperkuat fondasi keamanan mereka secara signifikan. Ditambah dukungan platform seperti Log360, ADAudit Plus, atau Endpoint Central dapat membantu menyederhanakan proses ini dan memberikan visibilitas yang lebih menyeluruh di seluruh lingkungan IT.
Pilih produk sesuai kebutuhan Anda dan coba demo sekarang!
FAQ: Cyber Security Monitoring
1. Apa itu cyber security monitoring?
Cyber security monitoring adalah proses memantau aktivitas jaringan, endpoint, aplikasi, dan cloud secara berkelanjutan untuk mendeteksi ancaman atau anomali keamanan. Tujuannya adalah mendeteksi serangan sejak awal sebelum berdampak pada operasional.
2. Mengapa perusahaan perlu menerapkan monitoring?
Monitoring membantu mendeteksi ancaman lebih cepat, mencegah kebocoran data, dan memenuhi regulasi. Tanpa monitoring, banyak insiden termasuk pencurian kredensial dan ransomware akan terlambat diketahui.
3. Apa yang harus dimonitor dalam sebuah organisasi?
Area paling krusial mencakup: jaringan, endpoint, Active Directory/identitas, aplikasi, dan layanan cloud. Kelima area ini merupakan titik masuk umum serangan terbaru.
4. Apa perbedaan SIEM dengan tool keamanan lainnya?
SIEM mengumpulkan semua log dari berbagai sistem ke satu platform, lalu melakukan korelasi event untuk mendeteksi pola serangan lintas-perangkat. Berbeda dengan antivirus atau firewall yang fokus pada satu area, SIEM memberikan visibilitas menyeluruh.
5. Solusi apa yang dapat membantu memulai cyber security monitoring?
Anda dapat menggunakan SIEM untuk analitik log (Log360), AD monitoring untuk aktivitas identitas (ADAudit Plus), dan endpoint management untuk pengawasan perangkat (Endpoint Central).
